Sabtu, 12 Oktober 2013

KARYA ANAK BANGSA

TIMPANGNYA KESEJAHTERAAN PETANI
Oleh : andi ameliya rusli

Petani...
Sungguh besar jasamu selama ini
Dibalik siklus kehijauan
Rintihan keringat menitih hidup
Jauh ke dalam pusat lahan
Engkau tanamkan benih-benih kehidupan

Petani...
Engkau lah sosok dermawan
Tak pandang derajat kau sedekahkan jasamu
Dengan kasih kau tumbuhkembangkan benih kehidupan
Jauh ke dalam hati nuranimu
Engkau sejahterakan insan di muka bumi ini

Hidupmu kini tak sebanding dengan
kesejahteraan yang engkau beri
Dulu dikala hidup susah akan penjajah
Namun kesejahteraanmu setara dengan insan selainmu
Kini ... kesejahteraanmu tertinggal jauh
Jauh dari zona balas jasamu

Ketimpangan kini merenggut hidup petani
Perubahan zaman penuh kompetisi
Jiwa bisnis kian menerjang
Nasib petani sungguh malang
Kuota penghasilan sangat miris

Jerih payah petani merawat benih kehidupan
Dari serangan hama bagai virus mematikan
Ilustrasi jasamu bagai melawan badai dalam kompetisi
Terbalas dengan harga standar

Buah yang telah berkembang dari benih tertanam
Bahkan diperdagangkan ke negara asing
Padahal insan dalam negeri juga butuh
Butuh akan manisnya bibit kepunyaan negeri

Petani...sungguh malang nasibmu
Kini kami selaku insan selainmu
Berharap penguasa sadar akan kelalaiannya
Berbisnis jasa tanpa keadilan

Merenggut eksotika hidup petani

Rabu, 10 Juli 2013

Berbagi Pengetahuan


ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

‘’ Pangan adalah salah satu kebutuhan pokok esensial yang menunjang kelangsungan hidup manusia... ‘’

Seiring dengan perkembangan teknologi, kini manusia lebih dominan terhanyut dalam dunia teknologi. Kehadiran teknologi memang memberikan beberapa keuntungan namun disisi lain dengan teknologi muncul pula dampak negatif yang merugtikan. Ilustrasi dampak teknologi sbb:
‘’Teknologi kini menjadikan dunia ini terhubung satu sama lain tanpa batasan hingga membentuk beberapa jaringan kehidupan tanpa batasan ruang dan waktu. teknologi kini dijadikan hal yang menakjubkan sebab dinilai mampu mengatasi beberapa masalah yang dihadapi manusia di dahulu kala. Exp : Dalam dunia pendidikan di zaman dahulu para pelajar dan pengajar membutuhkan BUKU sebagai salah satu sarana acuan menuntut ilmu di bangku sekolah. Mereka tentunya harus meluangkan waktu untuk membaca buku agar menjadi orang yg dari tidak tahu menjadi tahu. Nah seiring dengan perkembangan teknologi, kini tercipta jutaan situs yang berisi pengetahuan yang sifatnya mempermudah pelajar menuntut ilmu. Namun di lain sisi, teknologi cenderung dinilai sebagai penyebab kemalasan pelajar. Exp : ada pelajar yg biasa akses internet saat ujian untuk mempermudah menjawab soal, ada juga pelajar yang saat ditugaskan buat tugas tinggal copy paste karya orang. Nah smua tu bukti kemalasan yg disebabkan oleh teknologi. ‘’
‘’ Sebenarnya teknologi hadir dengan harapan positif, adapun dampak negatif yg tiimbul itu semua tercipta dari pengguna teknologi yang menyalahgunakan teknologi.’’
Nah kembali ke sampul awal tulisan ini berbicara mengenai pangan kemudian sedikit tentang teknologi. Kedua kata tersebut tentu memiliki kaitan. Teknologi pangan adalah salah satu bidang yang sangat penting untuk dikaji dan dipelajari karena disini dibahas bagaimana cara memanfaatkan teknologi dalam mengolah pangan. Makanya sekarang di Indonesia hadirlah sebuah bidang studi ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN. Ilmu dan teknologi pangan adalah bidang yang terdiri dari 3 kata yakni ilmu, teknologi, dan pangan. Berarti bidng yang mengandung ketiga unsur tersebut. Jika digabungkan, sebenarnya ilmu dan teknologi pangan adalah bidang yang mempelajari bagaimana sifat dan karakteristik dari bahan pangan kemudian mencari solusi bagaimana cara menangani bahan pangan pasca panen yang cenderung memiliki ciri mudah rusak dengan mengikutsertakan peran dari pemanfaatan teknologi. Nah sifat pangan yang mudah rusak, kini bukanlah sesuatu yg patut untuk dijadikan masalah sebab dgn adanya bidang studi ini, maka masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara mengolah dan memperlakukan pangan pasca panen agar memiliki masa simpan yang lebih lama, termasuk di dalam nya bagaimana cara menyimpan bahan setelah diolah. Mengolah bahan pangan dikalangan ibu rumah tangga dinilai cukup mudah tapi disini diliat kalangan ibu rumah  tangga hanya sekedar mengolah pangan tersebut agar dapat dikonsumsi tanpa memperhatikan aspek kandungan gizi yang hilang stelah pengolahan, seberapa banyak mikroba yang muncul dalam pangan dan nantinya ketika dikonsumsi akan sangat berdampak bagi kesehatan.
Disinilah beda antara ibu rumah tangga dengan orang teknokrat ilmu dan teknologi pangan (ITP). Orang ITP diajarkan bagaimana karkter teri bahan pangan yg banyak jenisnya dan selanjutnya bagaimana cara mengolah bahan pangan tersebut menjadi bahan baru yang siap untuk dikonsumsi dengan meminimalisir kehilangan nutrisi akibat penanganan pengolahan yang salah. Selain itu, orang ITP juga harus menggunakan perbandingan bahan-bahan yang dicampurkan selama pengolahan dan melakukan analisa-analisa kandungan bahan. Dalam ITP sebenarnya ada 2 kata yang paling utama ykni Pengolahan dan Pengawetan. Keduanya tentu berbeda. Pengolahan adalah suatu cara mengolah suatu bahan menjadi bahan lain yang sifatnya berbeda dari sifat semula bahan itu sedangkan pengawetan merupakan suatu upaya yasng dilakukan untuk menghambat aktifitas mikrobiologis dan enzimatik demi meningkatkan daya simpan bahan. Langsung kita liat contohnya,,, Pengolahan Ikan Gabus. Ibu rumah tangga hanya bisa mengolah ikan gabus jadi makanan dengan dimasak, dikukus, bahkan digoreng. Hanya sebatas itu dan setelah diolah pun olahan ikan gabus tidak tahan lama (cepat busuk). Tetapi orang ITP dapat mengolah ikan gabus menjadi produk baru yang memiliki masa simpan yang lebih lama dan lebih menarik untuk dikonsumsi serta dapat digunakan sebagai pangan fungsional. Contohnya : orang ITP ada yg mengolah ikan gabus menjadi biskuit ikan gabus, ada yang mengolahnya menjadi kripik ikan gabus yang dikemas dalam kemasan vakum, ada juga yang membuat suatu minuman penambah nafsu makan dengan mengekstrak kandungan gizi ikan gabus sehingga dapat dijadikan supplement bagi tubuh.
Hmm masih banyak hal mengenai ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN yg belum di share,,, cukup sampai disini dulu tulisan ini sebagai bahan bacaan... !! makasih.    
‘’ Teruslah berkarya walau hanya sebaris kata. ‘’

Selasa, 09 Juli 2013

Untaian Makna Kasih Sayang
Unek2  by : amel
Kasih,,,, kau begitu rumit
Serumit memetik bintang
Kasih,,,, kau begitu indah
Seindah bulan yang menerangi malam

Sayang,,,, kau begitu hebat
Mampu mengobati luka terdalam
Sayang,,,, kau begitu tangguh
Mampu memadamkan amarah

Kasih tak sempurna tanpa sayang
Sayang tak berarti tanpa kasih
Kasih dan sayang satu kesatuan
Kesatuan melahirkan kasih sayang

Kasih sayang takkan lenyap
Selama hati nurani masih ada
Kasih sayang lahir dari hati
Hati yang berbunga mawar

Bunga mawar yang harum
tetapi bertangkai duri
Cerminan wujud kasih sayang
Yang kadang melukai dan kadang mengobati

tugas makalah mikrobiologi

Staphylococcus aureus
A.      Pendahuluan

Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dilihat dari sifatnya, bakteri dibagi menjadi dua yakni ada bakteri yang bersifat menguntungkan, ada juga bakteri yang bersifat merugikan. Bakteri yang bersifat merugikan pada umumnya cenderung menjadi salah satu faktor penyebab penyakit. Salah satu bakteri penyebab penyakit yang paling populer adalah bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri penyebab penyakit pada umumnya merupakan hasil interaksi dari beragam jaringan-jaringan tubuh. Namun bakteri jenis Staphylococcus tidak hanya menginfeksi jaringan tubuh secara langsung, melainkan menjadi penyebab timbulnya penyakit secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab untuk keracunan makanan dan toxic shock syndrome.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang bersifat patogen. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini biasanya timbul dengan tanda – tanda khas yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses. Staphylococcus aureus bertanggung jawab atas 80% penyakit supuratif dengan permukaan kulit sebagai habitat alaminya. Infeksi kulit dan luka terbuka seperti ulkus, bekas terbakar, dan luka bekas operasi memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri dan berakibat infeksi sistemik. Infeksi oleh bakteri menimbulkan peradangan disertai rasa sakit dan terjadi supurasi sehingga perlu adanya suatu tindakan untuk mengeluarkan pus tersebut dan membatasi pertumbuhan serta penyebaran bakteri. Infeksi Staphylococcus aureus dapat sendi pada tingkat yang berat. Sendi prostetik menempatkan seseorang pada risiko tertentu untuk arthritis septik, dan endokarditis staphylococcal (infeksi pada katup jantung) dan pneumonia, yang dapat dengan cepat menyebar. Oleh karena itu, mari mengenal kehidupan Staphylococcus aureus lebih lanjut melalui pembuatan makalah yang berjudul Staphylococcus aureus.

B.      Pengenalan Bakteri Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul. Berikut ini beberapa ciri-ciri bakteri tersebut.
a.     Ciri Morfologi
1.
Bentuk coccus dan tersusun seperti buah anggur


http://queenofsheeba.files.wordpress.com/2008/07/streptococcus-aureus.jpg?w=255&h=179Staphylococcus aureus, 50,000x, USDA, ARS, EMU.jpg
2.
Susunan bergerombol

3.
Tidak berflagel

4.
Tidak berkapsul

5.
Bakteri gram positif

6.
Bentuk koloni bulat pada media agar darah

7.
Ukuran 2-5 mm
8.
berdiameter 0,7-1,2 μm,
9.
Membentuk pigmen kuning emas pada media agar
10.
tidak menghasilkan spora dan tidak motil
11.
Dinding selnya mengandung asam teikoat
12.
Tepi rata dan hemolisa bervariasi alfa, beta, dan gamma

b.     Ciri fisiologi
1.     Bersifat aerob fakultatif
2.     Tumbuh spiral pada suhu optimum 37oC
3.     Pembentukan pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC).
4.     Memerlukan NaCl sampai 7,5 %
5.     Resisten terhadap pengeringan dan panas
6.     S. aureus termasuk bakteri osmotoleran, yaitu bakteri yang dapat hidup di lingkungan dengan rentang konsentrasi zat terlarut (contohnya garam) yang luas, dan dapat hidup pada konsentrasi NaCl sekitar 3 Molar.
7.     S. aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2, dan koagulase, enzim yang menyebabkan fibrin berkoagulasi dan menggumpal.
8.     Habitat alami S aureus pada manusia adalah di daerah kulit, hidung, mulut, dan usus besar, di mana pada keadaan sistem imun normal, S. aureus tidak bersifat patogen.
9.     Bakteri Staphylococcus mudah tumbuh pada berbagai macam-macam media, bermetabolisme aktif dengan meragikan karbohidrat
c.     Struktur Antigen
Struktur antigen dari Staphylococcus aureus terdiri atas :
1.     Peptidoglikan
2.     Asam teikhoik
3.     Protein A
4.     Enzim dan toksin-toksin yang ada pada Staphylococcus
d.     Toksin dan Enzim
Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit karena kemampuannya berkembang biak dan menyebarluas dalam jaringan tubuh serta adanya beberapa zat yang dapat diproduksi olehnya, zat tersebut ialah:
1.     Eksotoksin
Bahan ini dapat diketemukan di dalam filtrat hasil pemisahan dari kuman dengan jalan menyaring kultur. Bahan ini bersifat tidak tahan pemanasan dan bila disuntikkan kepada hewan percobaan dapat menimbulkan kematian dan nekrose kulit. Eksotoksin ini mengandung hemolisin, yang dikenal dalam beberapa jenis:
Ø  Alfa hemolisin              : ialah putih telur yang dapat menghancurkan eritrosit kelinci dan dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah.
Ø  Beta hemolisin             : ialah suatu putih telur yang dapat menghancurkan eritrosit kambing (tetapi tidak pada eritrosit kelinci) dalam 1 jam pada suhu 37oC
Ø  Gama hemolisin          : bersifat antigen.
Eksotoksin ini bila ditambah formalin akan kehilangan sifat toksinnya dan terbentuk toksoid yang dapat digunakan untuk imunisasi, walaupun akhirnya tidak dipakai karena nilai imunitasnya tidak ternilai.
2.     Leukosidin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh Staphylococcus yang bersifat membinasakan atau mematikan leukosit dari berbagai macam spesies binatang. Leukosidin juga suatu antigen tetapi lebih termolabil daripada eksotoksin.
3.     Enterotoksin
Enterotoksin, dihasilkan oleh Staphylococcus aureus yang berkembang biak pada makanan, toksin ini tahan panas, dan bila tertelan oleh manusia bersama makanan, akan menyebabkan gejala muntah berak (keracunan makanan).
Sifat-sifat enterotoksin:
Ø  Bersifat antigen
Ø  Termostabil, tidak mengalami perubahan pada perebusan selama 30 menit.
Ø  Merupakan salah satu penyebab gejala keracunan makanan dengan gejala berupa: lesu, kejang perut, berak-berak (diare), muntah-muntah, yang terjadi 1-6 jam setelah makan makanan yang mengandung enterotoksin.
4.     Koagulase
Yaitu suspensi seperti enzim yang terdiri atas putih telur yang dapat mengendapkan plasma sitrat atau plasma oksalat.
5.     Lain-lain produk ekstra seluler dari Staphylococcus :
Ø  Stafilokinase yang dapat dengan lambat melarutkan fibrin seperti streptokinase.
Ø  Penisilinase, yang dapat merusak penisilin G.
Ø  Hialuronidase
Ø  Proteinase
Ø  Lipase
e.     Patogenitas Staphylococcus aureus
Umumnya dapat menimbulkan penyakit pembekakan (abces) seperti :
1.     Jerawat
2.     Periapikal Abces
3.     Infeksi saluran kemih (primer)
4.     Infeksi ginjal (sekunder)
5.     Infeksi kulit
Selain itu, Staphylococcus aureus juga dapat menyebabkan :
1.     Keracunan makanan akibat kontaminasi enterotoksin dari Staphylococcus aureus. Waktu onset dari gejala keracunan biasanya cepat dan akut, tergantung pada daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan. Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan adalah 1,0 µg/gr makanan. Gejala keracunan ditandai dengan rasa mual, muntah-muntah dan diare yang hebat tanpa disertai demam.
2.     Sindroma Syok Toksik (SST) pada infeksi Staphylococcus aureus timbul secara tiba-tiba dengan demam yang tinggi, muntah, diare, mielgia, ruam dan hipotensi, dengan gagal jantung dan dinjal pada kasus yang berat. SST sering terjadi dalam lima hari permulaan haid pada wanita muda yang menggunakan tampon atau pada anak-anak dan pria dengan luka yang terinfeksi Staphylococcus aureus, dapat diisolasi dari vagina, tampon atau luka infeksi lainnya, tetapi praktis tidak ditemukan dalam aliran darah.
f.       Tempat Berkembang Biak Bakteri Staphylococcus
Adapun tempat berkembang biaknya bakteri Staphylococcus :
1.     Pada rongga mulut (Staphylococcus aureus, S. Anaerob, S. Epidermis)
2.     Ada pada kulit (Staphylococcus epidermidis)
3.     Ada di hidung dan mungkin ada pada permukaan (Staphylococcus aureus)
4.     Ada di saluran nafas atas terutama farink (Staphylococcus Epidermidis)
5.     Ada di saluran kemih (Staphylococcus)
6.     Staphylococcus juga terdapat dalam darah bersama kuman lainnya.
C.      Makanan yang rentang dalam keracunan Staphylococcus aureus
1.     Daging dan produk daging; daging unggas dan produk telur;
2.     Salad seperti telur, ikan tuna, kentang, dan macaroni
3.     Produk roti seperti kue dengan isi krim, kue krim, dan chocolate éclairs roti isi.
4.     Susu dan produk susu.
5.     Umumnya biasa ditemukan pada produk olahan dengan suhu tinggi atau pemanasan, pendinginan dan penyimpanan. Biasanya karena makanan tersebut tidak disimpan pada suhu yang cukup tinggi (60°C, atau lebih) atau cukup dingin (7.2°C, atau kurang) maka terjadi keracunan dalam makanan oleh bakteri Staphylococcus aureus.
D.      Teknik Pengambilan Sampel bakteri Staphylococcus aureus
Berikut ini 2 contoh pengambilan sampel yakni pada susu dan pada daging :
1.     Pengambilan sampel susu diawali dengan melakukan wawancara sejarah penyakit serta pengamatan gejala klinis yang tampak, kemudian dilakukan pemeriksaan California Mastitis Test (CMT) dan sampel susu yang positif CMT akan diambil kemudian dilakukan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan CMT hanya dilakukan pada kuartir yang menunjukkan gejala klinis maupun subklinis yang ditandai dengan penurunan produksi dan mutu susu berdasarkan informasi dari peternak atau pemerah.  Sampel susu diambil sebanyak ± 5 ml dari tiap kuartir yang positif CMT dan langsung ditampung dalam tabung reaksi tertutup kapas yang steril dan telah diberi label, kemudian disimpan dalam termos berisi es, agar suhunya stabil pada 5-100 C untuk menghindari perkembangbiakan bakteri, hingga tiba di laboratorium.
2.     Organ limpa, kelinci dan marmot dikoleksi secara aseptis untuk menghindari pencemaran dan diusahakan selama pengambi-lan dalam kondisi dingirt, organ limpa diberi identitas asal hewan dalam kantong plastik steril . (Untuk pemeriksaan bahan makanan yang mengandung telur atau daging di tmbang seberat 25 gram yang kemudian di encerkan dengan pelarut Buffered Peptone Water sebanyak 225 mlN atau dengan perbandingan I : 10 untuk organ hewan jumlah secukupnya) . Limpa dihomogenisasi dengan cara menggerus hingga lembut kemudian suspensinya di ambil dan di pupukan pada medium pengkaya Trypticase Soy Broth atau Brain Heart Infusion (BHI) lalu di inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam . Setelah inkubasi di ambil 1-2 ose pada media agar Baird Parker atau Vogel Johnson agar yang mengandung potassium tellurite 2% sebagai supplemen penghambat bakteri pencemar. Kemudian setelah inkuhasi semalam dilakukan pengamatan koloni, Staphylococcus aureus pada medium selektive akan terlihat berwarna hitam yang sekelilingnya akan berwarna kuning . Besar koloni antara 0,5 sampai 1 mm, berbentuk cembung dan mengkilat . Koloni yang di duga S. aureus, lalu di perbanyak pada agar (TSA) atau media agar darah untuk melihat hemolysis (3 (Beta) . Selanjutnya di lakukan uji penegasan di mulai dengan pewarnaan, uji agglutinasi plasma kelinci serta uji lainnya seperti uji bio kimia dengan gula-gula untuk identilikasi.
E.       Media Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus
Bahan Media Pertu mbuhan dan Supplemen yakni sebagai berikut :
1.     Medium Trypticase Soy Broth, Trypticase soy agar, Media agar darah (domba) 5%, Media Vogel Johnson, Baird Parker agar, Plasma kelinci, Supplemen potassium Tellurite 2% . 
2.     Media Buffer Peptone Water (BPW) sebagai media larutan pengencer
Komposisi dari  BPW diantaranya adalah:
a. Peptone from casein                                     10.0gram
b. Natrium chloride                                             5.0gram
c. Kalium dihidrogen phosphate                          1.5gram
d. Dintrium hydrogenphospate dodecahydrate     9.0gram
3.     Media Bird Parker Agar (BPA)
BPA digunakan sebagai medium selektif dalam pengujian mikrobiologi bakteri Staphylococcus Aureus. Dalam medium ini terkandung lithium klorida dan tellurit untuk menumbuhkan mikroba-mikroba yang ada dalam sample juga mengandung piruvat dan glisin yang berfungsi untuk mendukung pertumbuhan  bakteri Staphylococcus.
Komposisi dari BPA medium
a.     Peptone from casein                              10.0 gram
b.     Meat extract                                              5.0 gram
c.      Meast extract                                            1.0 gram
d.     Sodium pyruvate                               10.0 gram
e.     Glycine                                             12.0 gram
f.       Lithium chloride                                        5.0 gram
g.     Agar-agar                                          15.0 gram
h.     Egg-yolk tellurite emulsion                            50 ml.


4.     Media Blood Agar Plate (BAP)
Prinsip kerja : Media kultur ini kaya nutrient yang menyediakan kondisi pertumbuhan yang optimal untuk semua mikroorganisme yang relefan.Ph 6,8 menstabilkan sel darah merah dan menyokong bentuk zona hemolisa yang jelas. Darah kambing yang di defibrinasi yang segar adalah yang paling cocok untuk menentukan bentuk hemolisis. Kandungan : Nutrien substrat (ekstrak hati dan pepton), NaCl, Agar-agar, Darah kambing
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjmnGX4KVGnF074Dg6ntdV0bxkuPN3cMWju4dlG2K7mPz3_4kWv6SAm51-ciSly3PWzNS83OzpQdvxCaaxkxUFt0CHFSB7A_-lRUbCeLu6xj047i68opctxDpGFoiWa29ouY40i1FdjW4/
Gambar Media Blood Agar Plate (BAP)
5.     Media Manitol Salt Agar (MSA)
Kegunaan : Madia selektif dan differensial media bersifat yang bersifat khusus (bakteri tertentu),untuk mendeteksi bakteri Staphylococcus petogen ( S. aureus)
Prinsip kerja : Hanya mikroorganisme yang tahan terhadap garam yang dapat tumbuh pada media ini, karena konsentrasi garamnya yang tinggi.Penurunan dari manitol, warna berubah dari merah menjadi kuning penanda Staphylococcus yang phatogenic s. aureus( koloni kecil )
Kandungan : Pepton, ekstrak daging, manitol, sodium klorida, manitol, phenol red,agar2.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtdDuGnLbB86Fb8G4fbtIn6FgMd7jsXDfylgA97ZZWqtRscnN2Tx60HVtTr2f5LeFLAn_nZWGyDndezRE8MYq_SkcJYuWOucFYW1WYr0gFGWLwVjdrrA2tqChxxZgTms0E6G1F0pZM-hU/
F.       Cara Isolasi dan menumbuhkan Bakteri Staphylococcus aureus di media
Berikut ini beberapa contoh isolasi dan penumbuhan bakteri di media tumbuh selektif
Ø  Isolasi S. aureus dari sample makanan
Timbang 25 gram contoh yang akan di uji ke dalam wadah, tambahkan 225 ml larutan BPW dan homogenkan . Kemudianpipet 0,1 ml suspensi ke atas permukaan Vogel Johnson agar dan ratakan . Inkubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam. Koloni S. aureus pada media VJA terlihat hitam, konvek mengkilat di kelilingi oleh areal berwarna kuning . Ambil koloni satu ose untuk di lakukan pengecatan gram. koloni yang diduga S. aureus kemudian di murnikan ke media agar . Setelah di peroleh koloni murni kemudian di identifikasi .
Ø  Isolasi S. aureus sebagai penyebab penyakit meliputi penanaman sampel susu pada media Blood Agar (BA) dan Manitol Salt Agar (MSA)
kemudian diinkubasikan 370 C selama 24 jam guna mengetahui sifat, jenis dan tipe koloni yang tumbuh.
1.      Pada media Blood Agar (BA)
Setelah persiapan sampel dan pembuatan media Blood Agar (BA) . Pipet 25 ml sampel yang telah diencerkan lalu teteskan pada media lalu ratakan dengan jarum ose atau steak lalu inkubasi selama 24 jam lalu amati pertumbuhan bakteri. Berikut ini contoh gambar media Blood Agar (BA) yang ditumbuhi bakteri.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzlSsYWpBhe7vGxXXYzmUQW7frSwpiN_aMaZJ_-CamZgdWCa05_lZI06kxfEN0fGeVAwBIYeb-HzuHZ9VI9AJNWuoJZQrPspQvS3X6mVgV8301f08eE5YkpBZ3x3al9G1wZUoBTyjeAjk/s320/14.+Staphylococcus+aureus.JPG
2.      Pada media Manitol Salt Agar (MSA)
Setelah persiapan sampel dan pembuatan media. Suspensi bakteri ditanam dengan cara goresan sejajar pada empat kudaran media lalu Inkubasi 24 jam suhu 370C kemudian amati koloninya. Berikut ini contoh gambar media Manitol Salt Agar (MSA) yang ditumbuhi bakteri Staphylococcus aureus.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdWCsWC-S3s0anEy3CYcN_3_C1Z2qw6w4ypuijGNPAXdNyp2TugC9Ot3zeXTevnqou2HI7ziY5fzDHNknL55UpbHoy5P8T1V4uMB6BsO9n6QXrmR6vUnBjxjC4RJstS_TrIh93eHzU9u8/
Gambar : MSA agar yang ditumbuhi bakteri yang
dapat mefermentasikan manitol,
G.      Cara Pewarnaan Gram
Gelas objek di bersihkan dengan alkohol dan di fiksir di atas api . Ambil koloni kuman dengan ose lalu buat suspense di atas objek glas dan biarkan mongering atau fiksir di atas api . Tuangkanlan larutan kristal Violet pada sediaan dan biarkan I menit kemudian di cuci atau di bilas dengan air mengalir . Tuangkan larutan lugol iodine dan biarkan di atas selama I menit. Cucilah objek glas dengan alkohol 96% dengan cara menggoyangkan sambil sedikit di bilas dengan air mengalir hingga warna yang berlebih terbilas . Tuangkan larutan carbol Fuchsin atau safranin dan biarkan selama I menit. Bilas kembali dengan air lalu keringkan dan lihat di bawah mikroskop . Biakkan. Umur 24 'jam berwarna biru/gram positif bentuk bulat berpasangan atau kelompok seperti buah anggur .


H.      Beberapa Pengujian Bakteri Staphylococcus aureus
Berikut ini beberapa contoh pengujian bakteri Staphylococcus aureus
1.     Menggunakan Media MSA (Manitol Salt Agar)
Spesimen  mula-mula  ditanam  pada  media tryprone Hewit broth (THB), diikubasikan pada suhu 37°C, selama 24 jam. Koloni bakteri yang tumbuh pada media THB ditanam ulang ke Plat Agar Darah dan diikubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam. Koloni bakteri yang bersifat mukoid selanjutnya ditanam ulang pada  media manitol salt agar (MSA) pada suhu 37°C, selama 24 jam. Adanya koloni S.  aureus  ditandai  dengan  perubahan warna media MSA dari merah menjadi kuning.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN0Vf_Clb5QDB1Y0ga1sVAihtbPNTSctMej_B5bDrrvdmwwDSXwm7M5fCf1xI0yAG9-8PqfAe0Ze5pDUz39r3mZGSUF_9cghI2Fi553_DKlE_zjszsKIDZHUF9ARLlBHw_1Equ6-3RRr4/s320/fs.jpg
2.     Uji Katalase
Selama respirasi aerobik (proses fosforilasi oksidatif) mikroorganisme yang menghasilkan peroksida, bahkan ada yang menghasilkan superoksida yang sangat beracun. Senyawa ini dalam jumlah besar dapat menyebabkan kematian pada mikroorganisme. Senyawa ini dihailkan oleh mikroorganisme aerobik fakultatif aerob maupun mikroaerofilik yang menggunakan jalur respirasi aerobik .Satu ose dari koloni berwarna kuning dari media MSA dicampur dengan enzim katalase pada  kaca  objek.  Adanya  S.  aureus  ditandai terbentuknya gelembung gas
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipWhu2tfAWdji1kkCROq1W1IEivinxWKyAgishnPWB5UlgBouEVsMQhm9aOoYTo3k-4QpaXkezntr_9PGsfpdIS-6vbIGzQGGg8F84eYVcp_w51SUEtK7LlC3B3jY0g984wAIM4u14DS8/s320/aadf.bmp
3.     Uji Koagulase Plasma
Satu  mililiter plasma darah kelinci dalam tabung reaksi  dicampur dengan 1  ose koloni bakteri, diinkubasikan pada   370C selama 24 jam.  Staphylococcus aureus  akan  meng-gumpalkan plasma darah kelinci.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEin0fgif1fc2NHRXfj7c4W-b9MF_ZbhVzmbl3V7e2G3TRdcWdP3SrnvT1tXzJpN1otWq711_zCATdJ4daDgTuy8ffsTQG3yihqrkrakMJIbsNwDbAry1IxNTE-j8Ef37rkWHJJAiR-o12s/s200/as.JPG
4.     Penentuan Aktivitas  Hemolisin
Staphylococcus aureus   ditanam  pada  plat  agar darah  (agar  base,  Oxoid,  Jerman),  dan selanjutnya diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37ºC. Adanya aktivitas hemolisin ditandai dengan adanya zona hemolisis  pada plat agar darah . Staphylococcus. aureus yang menghasilkan alfa-hemolisin akan membentuk zona  terang  di sekitar    koloni,  yang menghasilkan  beta-hemolisin  akan  membentuk  zona agak gelap di sekitar koloni, dan yang  menghasilkan  gama-hemolisin  tidak membentuk zona hemolisis di sekitar koloni. Sementara itu, kuman yang memproduksi kombinasi alfa-dan beta-hemolisin akan tampak zona gelap dan terang di sekitar koloni.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijT17Rg_QM5kQPS3lIeTlKUgL3fK1vxhNpqKtI_cCNWQ7P48ASGw6Y5NWUP7r62PxohfVxNlAtF-MblFw93vCFZu-RDyqC4enLbIdk6jnzTtgcoPvGSxDoS1KnUKH_sctqPWnlMWePugw/s320/SD.jpg
5.     Uji Hidrofobisitas
Bakteri ditanam dalam 5 ml  kaldu Brain infusión (BHI)  dan diinkubasikan pada 37ºC selama 24 jam. Kultur bakteri kemudian divortex, dipindahkan kedalam tabung sentrifus dan disentrifus 5 menit pada kecepatan 5.000 rpm. Supernatan dibuang, dan pellet dicuci 3 kali dengan PBS. Pellet bakteri disuspensikan dengan  larutan  BaSO4,  konsentrasi  10 8  sel bakteri per ml. Sebanyak 50 µl suspensi bakteri dicampur dengan 50 µl Amonium Sulfat dengan konsentrasi 1,2M, 1,6, 2M, 2,4M dan 3,2M pada objek glas, dan diaduk dengan tusuk gigi steril. Uji hidrofobisitas dinyatakan positif bila terjadi agregasi bakteri yang tampak seperti pasir putih setelah campuran diaduk

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgJcMc2q1CGt_IqZ6ZznPyeBwhzSgK6d1AGdKAYTNBsRdqXPpAXYt6U-wDRzsUMQxSwUNbvY06IarQLh4kodJCdeYRB2vSDZDSsHq0GSsoRmmAyFyv0SPAHL5U2quoKJCAMvIXTwNdE7o/s320/SDF.jpg
6.     Uji Hemaglutinasi
Darah  kelinci  yang  diambil  dengan antikoagulan  0,2  M  sodium  sitrat  pH  5,2, disentrifus dan dicuci dua kali dengan 0,15 M NaCl.  Suspensi  sel  darah  merah  2%  dibuat dalam  larutan 0,15 M NaCl. Sebanyak  20 µl suspense bakteri yang mengandung sekitar 10  9 bakteri/ml  µl suspensi sel darah merah  dalam 0,15 NaCl dicampur dengan 20 kelinci 2%  di atas gelas obyek. Gelas objek digoyang selama 30  detik  dan  reaksi  hemaglutinasi  diamati Tingkat  hemaglutinasi  dinyatakan    reaksi sedang+  reaksi kuat,++ sebagai berikut:
7.     Uji Katalase
Teteskan larutan Hydrogen Peroksida 3% di atas objek glass lalu dengan kawat ose ambil beberapa koloni disentuhkan pada cairan tadi tunggu dalam beberapa saat reaksi positif di tandai dengan terbentuknya gelembung di sekitar kawat ose dan kumpulan koloni.
8.     Uji Reaksi Metyl Red-VP (Voges Proskauer)
Inokulasikan bakteri ujipada media MRVP dan inkubasikan pada pada suhu 37°C selama 24 jam. Setelah inkubasi media menjadi keruh lalu di tambahkan peubah atau reagen dengan urutan sbb : Uji MR dengan cara menambahkan 2 tetes reagen methyl red lalu kocok beberapa kali . Reaksi positif di tandai perubahan warna menjadi merah . Uji VP dengan media yang sama setelah uji MR di lanjutkan dengan uji VP dengan menambahkan 0,6 nil alpha naphtol soln dan 0,2 ml KOH 40% aq soln, kemudian kocok sedikit reaksi di tunggu mulai 20 sampai 30 menit, lihat perubahan warna, reaksi positif di tandai perubahan warna menjadi merah .
9.     Uji Nitrat
Inokulasikan kultur dalam nitrat broth dan di inkubasikan pada suhu 35 °C selama 5 hari . Tambahkan 0,2 ml reagen A kemudian reagen B. Reaksi negative/tidak mereduksi nitrat (tidak terjadi perubahan warna menjadi merah) . Reagen A           0,8% sulphalinic acid in 5 N-acetic acid (di larutkan dengan sedikit pemanasan) . Reagen B           0,6 % dimethyl-anaphthylamine in 5 N-acetic acid (dilarutkan dengan sedikit pemanasan) .
10.  Uji Urease
Inokulasikan kultur pada media urea agar miring dengan cara di goreskan pada permukaan agar kemudian di inkubasikan pada suhu suhu 37°C selama 24 jam . Hasil positif bila terbentuk warna merah .
11.  Uji Gelatin
Dengan menggunakan media agar nutrient yang di tambahkan gelatin, pengujian dengan cara mengambil bakteri uji dengan ose membentuk lingkaran dengan membentuk lingkaran dengan besar kurang lebih 0,5 cm di goreskan pada permukaan agar lalu di inkubasi suhu 37°C. Setelah inkubasi reaksi dengan menambahkan larutan Mercuric chloride di atas permukaan koloni . Tunggu beberapa saat reaksi positif di tandai dengan adanya zona bening di seputar lingkaran koloni .
12.  Uji Koagulasi
Kultur yang di gunakan untuk uji koagulasi adalah kultur yangdi tumbuhkan pada Brain Heart Infusion (BHI) selam 16-24 jam pada suhu 37 ° C atau suspensi di dalam BHI dari kultur yang di tumbuhkan pada agar miring Heart Infusion Agar (HIA) pada suhu 37 °C selama 16-24 jam . Sebanyak 0,5 ml plasma kelinci di tempatkan dalam tabung kecil di tambah tetes kultur atau suspensi BHI dan di inkubasi pada suhu 37 °C. Staphylococcus yang bersifat koagulase positif akan menggumpalkan

plasma dalam waktu I jam. Jika belum terjadi koagulasi, pengamatan di lakukan lagi setelah 3 jam inkubasi pada suhu 37°Csebelum kultur dinyatakan sebagai koagulase negatif.
I.         Contoh Skema Pemeriksaan Staphylococcus aureus


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjanalwqNRaZk7SOQ270w9nTcd4soxjAbZ8XDmhNmKlngPXd1DxgV7aunigNMHVNjdObRTJOTE5Iv8TDU88KhQFKNzhBAkyOp-1JZk9jEubP_-XxVIhHaiI9wIzySX6ytTcRTTL3CPyhus/s1600/ss.jpg

J.       Kesimpulan
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri mesofil aerob yang berbentuk coccus (bulatan). Bakteri ini dapat ditumbuhkan pada media agar, karena nutrisi utama yang dibutuhkan adalah protein. Bakteri ini tumbuh pada suhu ± 37o C sehingga diinkubasikan pada suhu yang sama, Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif. Bakteri ini dapat menimbulkan penyakit langsung pada kulit dan dapat menimbulkan kasus keracunan pada makanan yang pada umumnya ditemukan pada makanan hasil pengolahan, pemanasan pasteurisasi, pembekuan, dan penyimpanan di suhu tinggi. Isolasi bakteri ini hanya dapat dilakukan pada media selektif seperti media  Media Blood Agar Plate (BAP) dan media Manitol Salt Agar (MSA). Setelah diisolasi dari makanan seperti dari susu atau daging dan produk olahan, selanjutnya dilakukan pewarnaan garam kemudian dilakukan pengujian biokimia seperti uji koagulase, uji katalase, dan lain sebagainya. Salah satu cara mencegah tumbuhnya bakteri ini pada makanan yakni dengan menjaga kebersihan alat dan lingkungan kerja pengolahan.
K.      Sumber Pustaka
Makalah yang berjudul Staphylococcus aureus ini disusun dengan berpedoman dari beberapa sumber yang menjadi inspirasi dan sumber pengetahuan kami mengenai Staphylococcus aureus yakni sebagai berikut:
Sumber Buku :

Dwidjoseputro. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Penerbit Djambatan.

Prof. Dr. D. Dwidioseputro. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta. Djambatan

Drs. Koes Irianto. 2008. Mengenal Dunia Bakteri. Bandung: PT Pringgandani.

Gerard Bonang dan Enggar S. Koeswardono. 1982. Mikrobiologi Kedokteran Untuk Laboratorium dan Klinik. Jakarta. PT Gramedia.

Hera Noviana. 2004. Monitoring Resistensi Methallicin- Resistant S. aureus (MRSA) Terhadap Golongan Qinolone Di Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta. Jakarta

Jerome Etienne. 2003. Community Acquired Methicillin Resisitant Staphylococcus auraus (CA-MRSA).

Jennie, Betty Sri Laksmi. 1978. Mikrobiologi Hasil Pertanian. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Muctadi, Deddy. 1980. Petunjuk Praktik Mikrobiolgi Hasil Pertanian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soemarno. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademi Analis Kesehatan Yogyakarta. Depdiknas.

Supardi, Imam. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Bandung : Yayasan Adikarya Ikapi

Beberapa Anonim:

http//: www. Bakteri Stahpylococcus auraus katatalase positif.co.id. PDF