Staphylococcus aureus
A.
Pendahuluan
Bakteri merupakan salah satu jenis
mikroorganisme yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dilihat dari
sifatnya, bakteri dibagi menjadi dua yakni ada bakteri yang bersifat
menguntungkan, ada juga bakteri yang bersifat merugikan. Bakteri yang bersifat
merugikan pada umumnya cenderung menjadi salah satu faktor penyebab penyakit.
Salah satu bakteri penyebab penyakit yang paling populer adalah bakteri Staphylococcus
aureus. Bakteri
penyebab penyakit pada umumnya merupakan hasil interaksi dari beragam jaringan-jaringan
tubuh. Namun bakteri jenis Staphylococcus tidak hanya
menginfeksi jaringan tubuh secara langsung, melainkan menjadi penyebab
timbulnya penyakit secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun yang
bertanggung jawab untuk keracunan makanan dan toxic shock syndrome.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang bersifat patogen. Infeksi yang
disebabkan oleh bakteri ini biasanya timbul dengan tanda – tanda khas yaitu
peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses. Staphylococcus aureus bertanggung
jawab atas 80% penyakit supuratif dengan permukaan kulit sebagai habitat
alaminya. Infeksi kulit dan luka terbuka seperti ulkus, bekas terbakar, dan
luka bekas operasi memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri dan berakibat
infeksi sistemik. Infeksi oleh bakteri menimbulkan peradangan disertai rasa
sakit dan terjadi supurasi sehingga perlu adanya suatu tindakan untuk
mengeluarkan pus tersebut dan membatasi pertumbuhan serta penyebaran bakteri.
Infeksi Staphylococcus aureus dapat sendi pada tingkat yang berat. Sendi
prostetik menempatkan seseorang pada risiko tertentu untuk arthritis septik,
dan endokarditis staphylococcal (infeksi pada katup jantung) dan pneumonia,
yang dapat dengan cepat menyebar. Oleh karena itu, mari mengenal kehidupan Staphylococcus aureus lebih lanjut
melalui pembuatan makalah yang berjudul Staphylococcus aureus.
B.
Pengenalan
Bakteri Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram
Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul. Berikut ini
beberapa ciri-ciri bakteri tersebut.
a.
Ciri Morfologi
1.
|
Bentuk coccus dan tersusun seperti buah anggur
|
|
2.
|
Susunan bergerombol
|
3.
|
Tidak berflagel
|
4.
|
Tidak berkapsul
|
5.
|
Bakteri gram positif
|
6.
|
Bentuk koloni bulat pada media agar darah
|
7.
|
Ukuran 2-5 mm
|
8.
|
berdiameter 0,7-1,2 μm,
|
9.
|
Membentuk pigmen kuning emas pada media agar
|
10.
|
tidak menghasilkan spora dan tidak motil
|
11.
|
Dinding selnya mengandung asam
teikoat
|
12.
|
Tepi rata dan hemolisa bervariasi alfa, beta, dan gamma
|
b. Ciri fisiologi
1.
Bersifat aerob fakultatif
2.
Tumbuh spiral pada suhu optimum 37oC
3.
Pembentukan pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25
ºC).
4.
Memerlukan NaCl sampai 7,5 %
5.
Resisten terhadap pengeringan dan panas
6.
S. aureus termasuk bakteri
osmotoleran, yaitu
bakteri yang dapat hidup di lingkungan dengan rentang konsentrasi zat terlarut
(contohnya garam) yang luas, dan dapat hidup pada konsentrasi
NaCl sekitar 3
Molar.
7.
S.
aureus juga menghasilkan
katalase yaitu enzim yang
mengkonversi H
2O
2 menjadi H
2O dan O
2,
dan
koagulase, enzim
yang menyebabkan
fibrin berkoagulasi dan menggumpal
.
8.
Habitat alami
S aureus pada manusia adalah
di daerah kulit, hidung, mulut, dan usus besar, di mana pada keadaan
sistem imun normal,
S. aureus tidak bersifat
patogen
.
9.
Bakteri Staphylococcus mudah tumbuh pada berbagai
macam-macam media, bermetabolisme aktif dengan meragikan karbohidrat
c. Struktur Antigen
Struktur antigen dari Staphylococcus aureus terdiri atas :
1.
Peptidoglikan
2.
Asam teikhoik
3.
Protein A
4.
Enzim dan toksin-toksin yang ada pada
Staphylococcus
d. Toksin
dan Enzim
Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit karena
kemampuannya berkembang biak dan menyebarluas dalam jaringan tubuh serta adanya
beberapa zat yang dapat diproduksi olehnya, zat tersebut ialah:
1.
Eksotoksin
Bahan ini dapat diketemukan di dalam filtrat hasil
pemisahan dari kuman dengan jalan menyaring kultur. Bahan ini bersifat tidak tahan pemanasan dan bila
disuntikkan kepada hewan percobaan dapat menimbulkan kematian dan nekrose
kulit. Eksotoksin ini mengandung hemolisin, yang dikenal
dalam beberapa jenis:
Ø Alfa
hemolisin : ialah
putih telur yang dapat menghancurkan eritrosit kelinci dan dapat mempengaruhi
otot polos pembuluh darah.
Ø Beta
hemolisin : ialah
suatu putih telur yang dapat menghancurkan eritrosit kambing (tetapi tidak pada
eritrosit kelinci) dalam 1 jam pada suhu 37oC
Ø Gama
hemolisin : bersifat
antigen.
Eksotoksin
ini bila ditambah formalin akan kehilangan sifat toksinnya dan terbentuk
toksoid yang dapat digunakan untuk imunisasi, walaupun akhirnya tidak dipakai
karena nilai imunitasnya tidak ternilai.
2.
Leukosidin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh
Staphylococcus yang bersifat membinasakan atau mematikan leukosit dari berbagai
macam spesies binatang. Leukosidin juga suatu antigen tetapi lebih termolabil
daripada eksotoksin.
3.
Enterotoksin
Enterotoksin, dihasilkan oleh Staphylococcus aureus
yang berkembang biak pada makanan, toksin ini tahan panas, dan bila tertelan
oleh manusia bersama makanan, akan menyebabkan gejala muntah berak (keracunan
makanan).
Sifat-sifat enterotoksin:
Ø Bersifat
antigen
Ø Termostabil,
tidak mengalami perubahan pada perebusan selama 30 menit.
Ø Merupakan
salah satu penyebab gejala keracunan makanan dengan gejala berupa: lesu, kejang
perut, berak-berak (diare), muntah-muntah, yang terjadi 1-6 jam setelah makan
makanan yang mengandung enterotoksin.
4.
Koagulase
Yaitu suspensi seperti enzim yang terdiri atas putih
telur yang dapat mengendapkan plasma sitrat atau plasma oksalat.
5.
Lain-lain produk ekstra seluler dari Staphylococcus
:
Ø Stafilokinase
yang dapat dengan lambat melarutkan fibrin seperti streptokinase.
Ø Penisilinase,
yang dapat merusak penisilin G.
Ø Hialuronidase
Ø Proteinase
Ø Lipase
e.
Patogenitas Staphylococcus aureus
Umumnya dapat menimbulkan penyakit pembekakan
(abces) seperti :
1.
Jerawat
2.
Periapikal Abces
3.
Infeksi saluran kemih (primer)
4.
Infeksi ginjal (sekunder)
5.
Infeksi kulit
Selain itu, Staphylococcus aureus juga dapat menyebabkan :
1.
Keracunan
makanan akibat kontaminasi
enterotoksin dari Staphylococcus aureus. Waktu onset dari gejala
keracunan biasanya cepat dan akut, tergantung pada daya tahan tubuh dan
banyaknya toksin yang termakan. Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan
adalah 1,0 µg/gr makanan. Gejala keracunan ditandai dengan rasa mual,
muntah-muntah dan diare yang hebat tanpa disertai demam.
2.
Sindroma
Syok Toksik (SST) pada infeksi Staphylococcus aureus timbul secara
tiba-tiba dengan demam yang tinggi,
muntah, diare, mielgia, ruam dan hipotensi, dengan gagal jantung dan dinjal
pada kasus yang berat. SST sering terjadi dalam lima hari permulaan haid pada
wanita muda yang menggunakan tampon atau pada anak-anak dan pria dengan luka
yang terinfeksi Staphylococcus aureus, dapat diisolasi dari vagina,
tampon atau luka infeksi lainnya, tetapi praktis tidak ditemukan dalam aliran
darah.
f.
Tempat
Berkembang Biak Bakteri Staphylococcus
Adapun tempat berkembang biaknya bakteri Staphylococcus :
1. Pada
rongga mulut (Staphylococcus aureus, S.
Anaerob, S. Epidermis)
2.
Ada pada kulit (Staphylococcus
epidermidis)
3. Ada
di hidung dan mungkin ada pada permukaan (Staphylococcus
aureus)
4. Ada
di saluran nafas atas terutama farink (Staphylococcus
Epidermidis)
5.
Ada di saluran kemih (Staphylococcus)
6.
Staphylococcus
juga terdapat dalam darah bersama kuman lainnya.
C.
Makanan yang rentang dalam keracunan Staphylococcus
aureus
1.
Daging dan produk daging; daging unggas dan
produk telur;
2.
Salad seperti telur, ikan tuna, kentang, dan
macaroni
3.
Produk roti seperti kue dengan isi krim, kue
krim, dan chocolate éclairs roti
isi.
4.
Susu dan produk susu.
5.
Umumnya
biasa ditemukan pada produk olahan dengan suhu tinggi atau pemanasan, pendinginan
dan penyimpanan. Biasanya
karena makanan tersebut tidak disimpan pada suhu yang cukup tinggi (60°C, atau
lebih) atau cukup dingin (7.2°C, atau kurang) maka terjadi keracunan
dalam makanan oleh bakteri Staphylococcus
aureus.
D.
Teknik Pengambilan Sampel bakteri Staphylococcus aureus
Berikut ini
2 contoh pengambilan sampel yakni pada susu dan pada daging :
1.
Pengambilan sampel susu diawali dengan melakukan
wawancara sejarah penyakit serta pengamatan gejala klinis yang tampak, kemudian
dilakukan pemeriksaan California Mastitis Test (CMT) dan sampel susu
yang positif CMT akan diambil kemudian dilakukan pemeriksaan bakteriologis.
Pemeriksaan CMT hanya dilakukan pada kuartir yang menunjukkan gejala klinis
maupun subklinis yang ditandai dengan penurunan produksi dan mutu susu
berdasarkan informasi dari peternak atau pemerah. Sampel susu diambil sebanyak ± 5 ml dari
tiap kuartir yang positif CMT dan langsung ditampung dalam tabung reaksi
tertutup kapas yang steril dan telah diberi label, kemudian disimpan dalam
termos berisi es, agar suhunya stabil pada 5-100 C untuk menghindari
perkembangbiakan bakteri, hingga tiba di laboratorium.
2.
Organ
limpa, kelinci dan marmot dikoleksi secara aseptis untuk menghindari pencemaran
dan diusahakan selama pengambi-lan dalam kondisi
dingirt, organ limpa diberi identitas
asal hewan dalam kantong plastik steril .
(Untuk pemeriksaan bahan makanan yang
mengandung telur atau daging di tmbang seberat
25 gram yang kemudian di encerkan
dengan pelarut Buffered Peptone Water
sebanyak 225 mlN atau
dengan perbandingan I : 10 untuk organ
hewan jumlah secukupnya) . Limpa dihomogenisasi dengan cara menggerus hingga lembut kemudian suspensinya di ambil dan di pupukan pada medium pengkaya Trypticase Soy Broth atau Brain Heart Infusion (BHI) lalu di inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam . Setelah inkubasi di ambil 1-2 ose pada media agar Baird Parker atau Vogel Johnson agar yang mengandung potassium tellurite 2% sebagai supplemen penghambat bakteri pencemar. Kemudian setelah inkuhasi semalam dilakukan
pengamatan koloni, Staphylococcus aureus pada medium selektive akan terlihat berwarna
hitam yang sekelilingnya akan berwarna
kuning . Besar koloni antara 0,5 sampai 1
mm, berbentuk cembung dan mengkilat
. Koloni yang di duga S. aureus, lalu di
perbanyak pada agar (TSA) atau media
agar darah untuk melihat hemolysis (3 (Beta)
. Selanjutnya di lakukan uji penegasan di
mulai dengan pewarnaan, uji agglutinasi plasma
kelinci serta uji lainnya seperti uji bio kimia dengan gula-gula untuk identilikasi.
E.
Media Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus
Bahan
Media Pertu mbuhan dan Supplemen yakni sebagai
berikut :
1.
Medium
Trypticase Soy Broth, Trypticase soy agar, Media
agar darah (domba) 5%, Media Vogel Johnson, Baird Parker agar, Plasma kelinci, Supplemen potassium Tellurite 2% .
2.
Media Buffer
Peptone Water (BPW) sebagai media larutan pengencer
Komposisi
dari BPW diantaranya adalah:
a. Peptone
from
casein
10.0gram
b. Natrium
chloride 5.0gram
c. Kalium
dihidrogen
phosphate 1.5gram
d.
Dintrium hydrogenphospate dodecahydrate 9.0gram
3.
Media Bird
Parker Agar (BPA)
BPA
digunakan sebagai medium selektif dalam pengujian mikrobiologi bakteri Staphylococcus Aureus.
Dalam medium ini terkandung lithium klorida dan tellurit untuk menumbuhkan
mikroba-mikroba yang ada dalam sample juga mengandung piruvat dan glisin yang
berfungsi untuk mendukung pertumbuhan bakteri Staphylococcus.
Komposisi
dari BPA medium
a.
Peptone
from
casein 10.0 gram
b.
Meat
extract
5.0 gram
c.
Meast
extract
1.0 gram
d.
Sodium
pyruvate
10.0 gram
e.
Glycine
12.0 gram
f.
Lithium
chloride 5.0 gram
g.
Agar-agar 15.0
gram
h.
Egg-yolk
tellurite emulsion 50 ml.
4. Media Blood Agar Plate (BAP)
Prinsip kerja : Media kultur ini
kaya nutrient yang menyediakan kondisi pertumbuhan yang optimal untuk semua
mikroorganisme yang relefan.Ph 6,8 menstabilkan sel darah merah dan menyokong
bentuk zona hemolisa yang jelas. Darah kambing yang di defibrinasi yang segar
adalah yang paling cocok untuk menentukan bentuk hemolisis. Kandungan : Nutrien substrat (ekstrak hati
dan pepton), NaCl, Agar-agar, Darah kambing
Gambar Media Blood
Agar Plate (BAP)
5.
Media Manitol Salt Agar (MSA)
Kegunaan
: Madia selektif dan differensial media bersifat yang bersifat khusus (bakteri
tertentu),untuk mendeteksi bakteri Staphylococcus petogen ( S. aureus)
Prinsip
kerja : Hanya mikroorganisme yang tahan terhadap garam yang dapat tumbuh pada
media ini, karena konsentrasi garamnya yang tinggi.Penurunan dari manitol,
warna berubah dari merah menjadi kuning penanda Staphylococcus yang phatogenic
s. aureus( koloni kecil )
Kandungan
: Pepton, ekstrak daging, manitol, sodium klorida, manitol, phenol red,agar2.
F.
Cara Isolasi
dan menumbuhkan Bakteri Staphylococcus aureus di media
Berikut
ini beberapa contoh isolasi dan penumbuhan bakteri di media tumbuh selektif
Ø
Isolasi
S. aureus dari sample makanan
Timbang 25 gram contoh yang akan di uji ke dalam wadah, tambahkan 225 ml larutan BPW dan homogenkan . Kemudianpipet
0,1 ml suspensi ke atas permukaan Vogel
Johnson agar dan ratakan . Inkubasikan
pada suhu 37°C selama 24 jam. Koloni
S. aureus pada media VJA terlihat hitam,
konvek mengkilat di kelilingi oleh areal
berwarna kuning . Ambil koloni satu ose
untuk di lakukan pengecatan gram. koloni yang diduga S. aureus kemudian di murnikan ke media agar . Setelah di peroleh koloni murni kemudian di identifikasi .
Ø Isolasi S.
aureus sebagai penyebab penyakit meliputi penanaman sampel susu pada media Blood
Agar (BA) dan Manitol
Salt Agar (MSA)
kemudian
diinkubasikan 370 C selama 24 jam guna mengetahui sifat, jenis dan tipe
koloni yang tumbuh.
1. Pada media Blood Agar (BA)
Setelah
persiapan sampel dan pembuatan media Blood Agar (BA) . Pipet 25 ml
sampel yang telah diencerkan lalu teteskan pada media lalu ratakan dengan jarum
ose atau steak lalu inkubasi selama 24 jam lalu amati pertumbuhan bakteri.
Berikut ini contoh gambar media Blood Agar (BA) yang
ditumbuhi bakteri.
2.
Pada
media Manitol Salt Agar (MSA)
Setelah
persiapan sampel dan pembuatan media. Suspensi bakteri ditanam dengan cara goresan sejajar pada empat kudaran
media lalu Inkubasi 24 jam suhu
370C kemudian amati koloninya. Berikut ini contoh gambar
media Manitol Salt Agar (MSA) yang ditumbuhi
bakteri Staphylococcus
aureus.
Gambar
: MSA agar yang ditumbuhi bakteri yang
dapat
mefermentasikan manitol,
G.
Cara Pewarnaan
Gram
Gelas objek di bersihkan dengan alkohol dan di fiksir di atas api . Ambil koloni kuman dengan ose lalu buat suspense di atas objek glas dan biarkan mongering atau fiksir di atas api . Tuangkanlan larutan kristal
Violet pada sediaan dan biarkan I menit
kemudian di cuci atau di bilas dengan air
mengalir . Tuangkan larutan lugol iodine dan
biarkan di atas selama I menit. Cucilah objek
glas dengan alkohol 96% dengan cara menggoyangkan
sambil sedikit di bilas dengan
air mengalir hingga warna yang berlebih
terbilas . Tuangkan larutan carbol Fuchsin
atau safranin dan biarkan selama I menit.
Bilas kembali dengan air lalu keringkan
dan lihat di bawah mikroskop . Biakkan.
Umur 24 'jam berwarna biru/gram positif
bentuk bulat berpasangan atau kelompok
seperti buah anggur .
H.
Beberapa Pengujian
Bakteri Staphylococcus aureus
Berikut
ini beberapa contoh pengujian bakteri Staphylococcus aureus
1.
Menggunakan
Media MSA (Manitol Salt Agar)
Spesimen mula-mula ditanam pada media tryprone
Hewit broth (THB), diikubasikan pada suhu 37°C, selama 24 jam. Koloni
bakteri yang tumbuh pada media THB ditanam ulang ke Plat Agar Darah dan
diikubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam. Koloni bakteri yang bersifat mukoid
selanjutnya ditanam ulang pada media manitol salt agar (MSA) pada
suhu 37°C, selama 24 jam. Adanya koloni S. aureus
ditandai dengan perubahan warna media MSA dari merah menjadi kuning.
2.
Uji Katalase
Selama respirasi aerobik (proses
fosforilasi oksidatif) mikroorganisme yang menghasilkan peroksida, bahkan ada
yang menghasilkan superoksida yang sangat beracun. Senyawa ini dalam jumlah
besar dapat menyebabkan kematian pada mikroorganisme. Senyawa ini dihailkan
oleh mikroorganisme aerobik fakultatif aerob maupun mikroaerofilik yang
menggunakan jalur respirasi aerobik
.Satu ose dari koloni berwarna kuning dari media MSA dicampur dengan
enzim katalase pada kaca objek. Adanya
S.
aureus ditandai terbentuknya gelembung gas
3.
Uji Koagulase Plasma
Satu mililiter plasma darah kelinci
dalam tabung reaksi dicampur dengan 1 ose koloni bakteri,
diinkubasikan pada 370C selama 24 jam. Staphylococcus
aureus akan meng-gumpalkan plasma darah kelinci.
4.
Penentuan
Aktivitas Hemolisin
Staphylococcus aureus
ditanam pada plat agar darah (agar base,
Oxoid, Jerman), dan selanjutnya diinkubasi selama 18-24 jam pada
suhu 37ºC. Adanya aktivitas hemolisin ditandai dengan adanya zona hemolisis
pada plat agar darah . Staphylococcus. aureus yang menghasilkan
alfa-hemolisin akan membentuk zona terang di
sekitar koloni, yang menghasilkan
beta-hemolisin akan membentuk zona agak gelap di sekitar
koloni, dan yang menghasilkan gama-hemolisin tidak membentuk
zona hemolisis di sekitar koloni. Sementara itu, kuman yang memproduksi
kombinasi alfa-dan beta-hemolisin akan tampak zona gelap dan terang di sekitar
koloni.
5.
Uji Hidrofobisitas
Bakteri ditanam dalam 5 ml kaldu
Brain infusión (BHI) dan diinkubasikan pada 37ºC selama 24 jam.
Kultur bakteri kemudian divortex, dipindahkan kedalam tabung sentrifus dan
disentrifus 5 menit pada kecepatan 5.000 rpm. Supernatan dibuang, dan pellet
dicuci 3 kali dengan PBS. Pellet
bakteri disuspensikan dengan larutan BaSO4,
konsentrasi 10 8 sel bakteri per ml. Sebanyak 50 µl suspensi
bakteri dicampur dengan 50 µl Amonium Sulfat dengan konsentrasi 1,2M, 1,6, 2M,
2,4M dan 3,2M pada objek glas, dan diaduk dengan tusuk gigi steril. Uji
hidrofobisitas dinyatakan positif bila terjadi agregasi bakteri yang tampak
seperti pasir putih setelah campuran diaduk
6.
Uji Hemaglutinasi
Darah kelinci yang
diambil dengan antikoagulan 0,2 M sodium
sitrat pH 5,2, disentrifus dan dicuci dua kali dengan 0,15 M
NaCl. Suspensi sel darah merah 2% dibuat
dalam larutan 0,15 M NaCl. Sebanyak 20 µl suspense bakteri yang
mengandung sekitar 10 9 bakteri/ml µl suspensi sel darah merah dalam 0,15 NaCl dicampur
dengan 20 kelinci 2% di atas gelas obyek. Gelas objek digoyang selama
30 detik dan reaksi hemaglutinasi diamati
Tingkat hemaglutinasi dinyatakan reaksi sedang+ reaksi kuat,++ sebagai
berikut:
7.
Uji
Katalase
Teteskan
larutan Hydrogen Peroksida 3% di
atas objek glass lalu dengan kawat ose ambil
beberapa koloni disentuhkan pada cairan
tadi tunggu dalam beberapa saat reaksi
positif di tandai dengan terbentuknya gelembung
di sekitar kawat ose dan kumpulan
koloni.
8.
Uji
Reaksi Metyl Red-VP (Voges Proskauer)
Inokulasikan
bakteri ujipada media MRVP dan inkubasikan pada
pada suhu 37°C selama 24 jam. Setelah inkubasi media menjadi keruh lalu di tambahkan peubah atau reagen dengan urutan sbb : Uji MR dengan cara menambahkan 2 tetes reagen methyl red lalu kocok beberapa kali . Reaksi positif di tandai perubahan warna menjadi merah . Uji VP dengan media yang sama setelah uji MR di lanjutkan dengan uji VP dengan menambahkan 0,6 nil alpha naphtol soln dan 0,2 ml KOH 40% aq soln, kemudian kocok sedikit reaksi di tunggu mulai 20 sampai 30 menit, lihat perubahan warna, reaksi positif di tandai perubahan warna menjadi merah .
9.
Uji
Nitrat
Inokulasikan kultur dalam nitrat broth
dan di inkubasikan pada suhu 35 °C selama
5 hari . Tambahkan 0,2 ml reagen A kemudian
reagen B. Reaksi negative/tidak mereduksi
nitrat (tidak terjadi perubahan warna
menjadi merah) . Reagen A
0,8% sulphalinic acid in 5
N-acetic acid (di larutkan dengan sedikit pemanasan)
. Reagen B
0,6 % dimethyl-anaphthylamine in
5 N-acetic acid (dilarutkan dengan sedikit pemanasan) .
10. Uji Urease
Inokulasikan
kultur pada media urea agar
miring dengan cara di goreskan pada permukaan
agar kemudian di inkubasikan pada
suhu suhu 37°C selama 24 jam . Hasil positif
bila terbentuk warna merah .
11. Uji Gelatin
Dengan
menggunakan media agar nutrient
yang di tambahkan gelatin, pengujian
dengan cara mengambil bakteri uji
dengan ose membentuk lingkaran dengan membentuk
lingkaran dengan besar kurang lebih
0,5 cm di goreskan pada permukaan agar
lalu di inkubasi suhu 37°C. Setelah inkubasi
reaksi dengan menambahkan larutan
Mercuric chloride di atas permukaan koloni
. Tunggu beberapa saat reaksi positif di
tandai dengan adanya zona bening di seputar
lingkaran koloni .
12. Uji Koagulasi
Kultur
yang di gunakan untuk uji koagulasi
adalah kultur yangdi tumbuhkan pada
Brain Heart Infusion (BHI) selam 16-24 jam pada suhu 37 ° C atau suspensi di dalam BHI dari kultur yang di tumbuhkan pada agar miring Heart Infusion Agar (HIA) pada suhu 37 °C selama 16-24 jam . Sebanyak 0,5 ml plasma kelinci di tempatkan dalam tabung kecil di tambah tetes kultur atau suspensi BHI dan di inkubasi pada suhu 37 °C. Staphylococcus yang bersifat koagulase positif akan menggumpalkan
plasma dalam waktu I
jam. Jika belum terjadi koagulasi,
pengamatan di lakukan lagi setelah 3 jam
inkubasi pada suhu 37°Csebelum kultur dinyatakan sebagai koagulase negatif.
I.
Contoh Skema Pemeriksaan Staphylococcus
aureus
J.
Kesimpulan
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri mesofil aerob yang berbentuk
coccus (bulatan). Bakteri ini dapat ditumbuhkan pada media agar, karena nutrisi
utama yang dibutuhkan adalah protein. Bakteri ini tumbuh pada suhu ± 37o C sehingga diinkubasikan pada suhu yang
sama, Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif. Bakteri ini dapat menimbulkan penyakit langsung
pada kulit dan dapat menimbulkan kasus keracunan pada makanan yang pada umumnya
ditemukan pada makanan hasil pengolahan, pemanasan pasteurisasi, pembekuan, dan
penyimpanan di suhu tinggi. Isolasi bakteri ini hanya dapat dilakukan pada
media selektif seperti media Media Blood Agar Plate (BAP) dan media Manitol Salt Agar (MSA). Setelah diisolasi
dari makanan seperti dari susu atau daging dan produk olahan, selanjutnya
dilakukan pewarnaan garam kemudian dilakukan pengujian biokimia seperti uji
koagulase, uji katalase, dan lain sebagainya. Salah satu cara mencegah
tumbuhnya bakteri ini pada makanan yakni dengan menjaga kebersihan alat dan
lingkungan kerja pengolahan.
K.
Sumber Pustaka
Makalah yang berjudul Staphylococcus aureus ini disusun dengan berpedoman dari
beberapa sumber yang menjadi inspirasi dan sumber pengetahuan kami mengenai Staphylococcus aureus yakni sebagai
berikut:
Sumber Buku :
Dwidjoseputro.
2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Penerbit Djambatan.
Prof. Dr. D. Dwidioseputro. 2003. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Jakarta. Djambatan
Drs. Koes Irianto. 2008. Mengenal Dunia Bakteri. Bandung: PT Pringgandani.
Gerard Bonang dan Enggar S. Koeswardono. 1982. Mikrobiologi
Kedokteran Untuk Laboratorium dan Klinik. Jakarta. PT Gramedia.
Hera Noviana. 2004. Monitoring Resistensi Methallicin-
Resistant S. aureus (MRSA) Terhadap Golongan Qinolone Di Rumah Sakit Atma Jaya
Jakarta. Jakarta
Jerome Etienne. 2003. Community Acquired Methicillin
Resisitant Staphylococcus auraus (CA-MRSA).
Jennie, Betty Sri Laksmi. 1978. Mikrobiologi Hasil
Pertanian. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Muctadi, Deddy. 1980. Petunjuk Praktik Mikrobiolgi Hasil
Pertanian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soemarno. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Klinik.
Akademi Analis Kesehatan Yogyakarta. Depdiknas.
Supardi, Imam. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan
Keamanan Pangan. Bandung : Yayasan Adikarya Ikapi
Beberapa Anonim:
http//: www. Bakteri Stahpylococcus auraus katatalase
positif.co.id. PDF